watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KEGILAAN DILIFT KAMPUS

Pengalamanku yang satu ini terjadi ketika masih
kuliah semester empat, kira-kira empat tahun
yang lalu. Waktu itu aku harus mengambil
sebuah mata kuliah umum yang belum kuambil,
yaitu kewiraan. Kebetulan waktu itu aku kebagian
kelas dengan fakultas sipil, agak jauh dari gedung
fakultasku, di sana mahasiswanya mayoritas
cowok pribumi, ceweknya cuma enam orang
termasuk aku. Tak heran aku sering menjadi
pusat perhatian cowok-cowok di sana, beberapa
bahkan sering curi-curi pandang mengintip
tubuhku kalau aku sedang memakai pakaian yang
menggoda, aku sih sudah terbiasa dengan
tatapan-tatapan liar seperti ini, terlebih lagi aku
juga cenderung eksibisionis, jadi aku sih cuek-
cuek aja.

* * * * *

Hari itu mata kuliah yang bersangkutan ada kuliah
tambahan karena dosennya beberapa kali tidak
masuk akibat sibuk dengan kuliah S3-nya. Kuliah
diadakan pada jam lima sore. Seperti biasa kalau
kuliah tambahan pada jam-jam seperti ini
waktunya lebih cepat, satu jam saja sudah bubar.
Namun bagaimanapun saat itu langit sudah gelap
hingga di kampus hampir tidak ada lagi
mahasiswa yang nongkrong.
Keluar dari kelas aku terlebih dulu ke toilet yang
hanya berjarak empat ruangan dari kelas ini untuk
buang air kecil sejenak, serem juga nih sendirian
di WC kampus malam-malam begini, tapi aku
segera menepis segala bayangan menakutkan itu.

* * * * *

Setelah cuci tangan aku buru-buru keluar menuju
lift (di tingkat lima). Ketika menunggu lift aku
terkejut karena ada yang menyapa dari belakang.
Ternyata mereka adalah tiga orang mahasiswa
yang juga sekelas denganku tadi, yang tadi
menyapaku aku tahu orangnya karena pernah
duduk di sebelahku dan mengobrol sewaktu
kuliah, namanya Adi, tubuhnya kurus tinggi dan
berambut jabrik, mukanya jauh dari tampan
dengan bibir tebal dan mata besar. Sedangkan
yang dua lagi aku tidak ingat namanya, cuma
tahu tampang, belakangan aku tahu yang
rambutnya gondrong dikuncir itu namanya
Syaiful dan satunya lagi yang mukanya mirip
Arab itu namanya Rois, tubuhnya lebih berisi dan
kekar dibandingkan Adi dan Syaiful yang lebih
mirip pemakai narkoba.

* * * * *

“Kok baru turun sekarang Ci?” sapa Adi berbasa-
basi.
“Abis dari WC, lu orang juga ngapain dulu?”
jawabku.
“Biasalah, ngerokok dulu bentar” jawabnya.
Lift terbuka dan kami masuk bersama, mereka
berdiri mengelilingiku seperti mengepungku
hingga jantungku jadi deg-degan merasakan
mata mereka memperhatikan tubuhku yang
terbungkus rok putih dari bahan katun yang
menggantung di atas lutut serta kaos pink dengan
aksen putih tanpa lengan. Walau demikian, terus
terang gairahku terpicu juga dengan suasana di
ruangan kecil dan dengan dikelilingi para pria
seperti ini hingga rasa panas mulai menjalari
tubuhku.

* * * * *

“Langsung pulang Ci?” tanya Syaiful yang berdiri
di sebelah kiriku.
“Hemm” jawabku singkat dengan anggukan
kepala.
“Jadi udah gak ada kegiatan apa-apa lagi dong
setelah ini?” si Adi menimpali.
“Ya gitulah, paling nonton di rumah” jawabku
lagi.
“Wah kebetulan.. Kalo gitu lu ada waktu sebentar
buat kita dong!” sahut Syaiful.
“Eh.. Buat apa?” tanyaku lagi.
Sebelum ada jawaban, aku telah dikagetkan oleh
sepasang tangan yang memelukku dari belakang
dan seperti sudah diberi aba-aba, Rois yang
berdiri dekat tombol lift menekan sebuah tombol
sehingga lift yang sedang menuju tingkat dua itu
terhenti. Tas jinjingku sampai terlepas dari
tanganku karena terkejut.

* * * * *

“Heh.. Ngapain lu orang?” ujarku panik dengan
sedikit rontaan.
“Hehehe.. Ayolah Ci, having fun dikit kenapa?
Stress kan, kuliah seharian gini!” ucap Adi yang
mendekapku dengan nafas menderu.
“Iya Ci, di sipil kan gersang cewek nih, jarang ada
cewek kaya lo gini, lu bantu hibur kita dong”
timpal Rois.
Srr.. Sesosok tangan menggerayang masuk ke
dalam rok miniku. Aku tersentak ketika tangan itu
menjamah pangkal pahaku lalu mulai
menggosok-gosoknya dari luar.
“Eengghh.. Kurang ajar!” ujarku lemah. Aku
sendiri sebenarnya menginginkannya, namun
aku tetap berpura-pura jual mahal untuk
menaikkan derajatku di depan mereka.
Mereka menyeringai mesum menikmati ekpresi
wajahku yang telah terangsang. Rambutku yang
dikuncir memudahkan Adi menciumi leher,
telinga dan tengkukku dengan ganas sehingga
birahiku naik dengan cepat. Rois yang tadinya
cuma meremasi dadaku dari luar kini mulai
menyingkap kaosku lalu cup bra-ku yang kanan
dia turunkan, maka menyembullah payudara
kananku yang nampak lebih mencuat karena
masih disangga bra. Diletakkannya telapak
tangannya di sana dan meremasnya pelan,
kemudian kepalanya mulai merunduk dan
lidahnya kurasakan menyentuh putingku.
Sambil menyusu, tangannya aktif mengelusi paha
mulusku. Tanpa kusadari, celana dalamku kini
telah merosot hingga ke lutut, pantat dan
kemaluanku terbuka sudah. Jari-jari Syaiful sudah
memasuki vaginaku dan menggelitik bagian
dalamnya. Tubuhku menggelinjang dan
mendesah saat jarinya menemukan klitorisku dan
menggesek-gesekkan jarinya pada daging kecil
itu.
Aku merasakan sensasi geli yang luar biasa
sehingga pahaku merapat mengapit tangan
Syaiful. Rasa geli itu juga kurasakan pada
telingaku yang sedang dijilati Adi, hembusan
nafasnya membuat bulu kudukku merinding.
Tangannya menjalar ke dadaku dan
mengeluarkan payudaraku yang satu lagi.

* * * * *

Diremasinya payudara itu dan putingnya dipilin-
pilin, kadang dipencet atau digesek-gesekkan
dengan jarinya hingga menyebabkan benda itu
semakin membengkak. Tubuhku serasa lemas
tak berdaya, pasrah membiarkan mereka
menjarah tubuhku.
Melihatku semakin pasrah, mereka semakin
menjadi-jadi. Kini Rois memagut bibirku, bibir
tebal itu menyedot-nyedot bibirku yang mungil,
lidahnya masuk ke mulutku dan menjilati rongga
di dalamnya, kubalas dengan menggerakkan
lidahku sehingga lidah kami saling jilat, saling
hisap, sementara tangannya sudah meremas
bongkahan pantatku, kadang jari-jarinya
menekan anusku. Tonjolan keras di balik celana
Adi terasa menekan pantatku. Secara refleks aku
menggerakkan tanganku ke belakang dan
meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus
celana itu.

* * * * *

Payudara kananku yang sudah ditinggalkan Rois
jadi basah dan meninggalkan bekas gigitan kini
beralih ke tangan Adi, dia kelihatan senang sekali
memainkan putingku yang sensitif, setiap kali dia
pencet benda itu dengan agak keras tubuhku
menggelinjang disertai desahan. Si Syaiful malah
sudah membuka celananya dan mengeluarkan
penisnya yang sudah tegang. Masih sambil
berciuman, kugerakkan mataku memperhatikan
miliknya yang panjang dan berwarna gelap tapi
diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan
badannya yang kerempeng itu.

* * * * *


Diraihnya tanganku yang sedang meraba
selangkangan Adi ke penisnya, kugenggam
benda itu dan kurasakan getarannya, satu
genggamanku tidak cukup menyelubungi benda
itu, jadi ukurannya kira-kira dua genggaman
tanganku.
“Ini aja Ci, burung gua kedinginan nih, tolong
hangatin dong!” pintanya.
“Ahh.. Eemmhh!” desahku sambil mengambil
udara begitu Rois melepas cumbuannya.
“Gua juga mau dong, udah gak tahan nih!” ujar
Rois sambil membuka celananya.
Wow, sepertinya dia memang ada darah Arab,
soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan,
panjang sih tidak beda jauh dari Syaiful tapi yang
ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang
disunat hingga menyerupai helm tentara.

* * * * *

Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan
akan ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Adi
juga pasti kalah darinya.
Adi melepaskan dekapannya padaku untuk
membuka celana, saat itu Rois menekan bahuku
dan memintaku berlutut. Aku pun berlutut karena
kakiku memang sudah lemas, kedua penis
tersebut bagaikan pistol yang ditodongkan
padaku, tidak.. bukan dua, sekarang malah tiga,
karena Adi juga sudah mengeluarkan miliknya.
Benar kan, milik Rois memang paling besar di
antara ketiganya, disusul Adi yang lebih berisi
daripada Syaiful. Mereka bertiga berdiri
mengelilingiku dengan senjata yang mengarah ke
wajahku.

* * * * *

“Ayo Ci, jilat, siapa dulu yang mau lu servis”
“Yang gua aja dulu Ci, dijamin gue banget!”
“Ini aja dulu Ci, gua punya lebih gede, pasti puas
deh!”
Demikian mereka saling menawarkan penisnya
untuk mendapat servis dariku seperti sedang
kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya
pada wajah, hidung, dan bibirku sampai aku
kewalahan menentukan pilihan.
“Aduh.. Iya-iya sabar dong, semua pasti
kebagian.. Kalo gini terus gua juga bingung
dong!” kataku sewot sambil menepis senjata
mereka dari mukaku.
“Wah.. Marah nih, ya udah kita biarin Citra yang
milih aja, demokratis kan?” kata Syaiful.
Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih
penis Syaiful dan yang kanan meraih milik Rois
lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulut.
“Weh.. Sialan lu, gua cuma kebagian tangannya
aja!” gerutu Syaiful pada Rois yang hanya
ditanggapinya dengan nyengir tanda
kemenangan.

* * * * *

“Wah gua kok gak diservis Ci, gimana sih!” Adi
protes karena merasa diabaikan olehku.
Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi aku harus
memakai tangan kananku untuk menuntun penis
Rois ke mulutku, setelah itu barulah kugerakkan
tanganku meraih penis Adi untuk
menenangkannya. Kini tiga penis kukocok
sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan
mulut.
Lima belas menit lewat sudah, aku ganti
mengoral Adi dan Rois kini menerima tanganku.
Tak lama kemudian, Syaiful yang ingin mendapat
kenikmatan lebih dalam melepaskan kocokanku
dan pindah berlutut di belakangku. Kaitan bra-ku
dibukanya sehingga bra tanpa tali pundak itu
terlepas, begitu juga celana dalam hitamku yang
masih tersangkut di kaki ditariknya lepas. Lima
menit kemudian tangannya menggerayangi
payudara dan vaginaku sambil menjilati leherku
dengan lidahnya yang panas dan kasar. Pantatku
dia angkat sedikit sampai agak menungging.
Kemudian aku menggeliat ketika kurasakan
hangat pada liang vaginaku. Penis Syaiful telah
menyentuh vaginaku yang basah, dia tidak
memasukkan semuanya, cuma sebagian dari
kepalanya saja yang digeseknya pada bibir
vaginaku sehingga menimbulkan sensasi geli saat
kepalanya menyentuh klitorisku.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com


“Uhh.. Nakal yah lu!” kataku sambil menengok ke
belakang.
“Aahh..!” jeritku kecil karena selesai berkata
demikian Syaiful mendorong pinggulnya ke
depan sampai penis itu amblas dalam vaginaku.
Dengan tangan mencengkeram payudaraku, dia
mulai menggenjot tubuhku, penisnya bergesekan
dengan dinding vaginaku yang bergerinjal-
gerinjal. Aku tidak bisa tidak mengerang setiap kali
dia menyodokku.
“Hei Ci, yang gua jangan ditinggalin nih” sahut Adi
seraya menjejalkan penisnya ke mulutku
sekaligus meredam eranganku.

* * * * *

Aku semakin bersemangat mengoral penis Adi
sambil menikmati sodokan-sodokan Syaiful,
penis itu kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati
‘helm’nya. Jurusku ini membuat Adi blingsatan
tak karuan sampai dia menekan-nekan kepalaku
ke selangkangannya. Kocokanku terhadap Rois
juga semakin dahsyat hingga desahan ketiga pria
ini memenuhi ruangan lift.
Teknik oralku dengan cepat mengirim Adi ke
puncak, penisnya seperti membengkak dan
berdenyut-denyut, dia mengerang dan meremas
rambutku..
“Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!!”
Muncratlah cairan kental itu di mulutku yang
langsung kujilati dengan rakusnya. Keluarnya
banyak sekali sehingga aku harus buru-buru
menelannya agar tidak tumpah. Setelah lepas dari
mulutku pun aku masih menjilati sisa sperma
pada batangnya. Rois memintaku agar
menurunkan frekuensi kocokanku.

* * * * *

“Gak usah buru-buru..” demikian katanya.
“Cepetan Ful, kita juga mau ngerasain
memeknya, kebelet nih!” kata Rois pada Syaiful.
“Sabar jek.. Uuhh.. Nanggung dikit lagi..
Eemmhh!” jawab Syaiful dengan terengah-engah.
Genjotan Syaiful semakin kencang, nafasnya pun
semakin memburu menandakan bahwa dia akan
orgasme. Kami mengatur tempo genjotan agar
bisa keluar bersama.
“Uhh.. Uhh.. Udah mau Ci, boleh di dalam gak?”
tanyanya.
“Jangan.. gue lagi subur.. Ah.. Aahh!!” desahku
bersamaan dengan klimaks yang menerpa.
“Hei, jangan sembarangan buang peju, ntar gua
mana bisa jilatin memeknya!” tegur Adi.

* * * * *

Syaiful menyusul tak sampai semenit kemudian
dengan meremas kencang payudaraku hingga
membuatku merintih, kemudian dia mencabut
penisnya dan menumpahkan isinya ke
punggungku.
“Ok, next please” Syaiful mempersilakan giliran
berikut.
Adi langsung menyambut tubuhku dan
memapahku berdiri. Disandarkannya
punggungku pada dinding lift lalu dia mencium
bibirku dengan lembut sambil tangannya
menelusuri lekuk-lekuk tubuhku, kami ber-french
kiss dengan panasnya. Serangan Adi mulai turun
ke payudaraku, tapi cuma dia kulum sebentar,
lalu dia turun lagi hingga berjongkok di depan
vaginaku. Gesper dan resleting rokku dia lucuti
hingga rok itu merosot jatuh. Dia menatap dan
mengendusi vaginaku yang tertutup rambut lebat
itu, tangan kanannya mulai mengelusi
kemaluanku sambil mengangkat paha kiriku ke
bahunya. Jari-jarinya mengorek liang vaginaku
hingga mengenai klitoris dan G-spotku.
“Sshh.. Di.. Oohh.. Aahh!!” desisku sambil
meremas rambutnya ketika lidahnya mulai
menyentuh bibir vaginaku.

* * * * *


Aku mengigit-gigit bibir menikmati jilatan Adi
pada vaginaku, lidahnya bergerak-gerak seperti
ular di dalam vaginaku, daging kecil sensitifku
juga tidak luput dari sapuan lidah itu, kadang
diselingi dengan hisapan. Hal ini membuat
tubuhku menggeliat-geliat, mataku terpejam
menghayati permainan ini. Tiba-tiba kurasakan
sebuah gigitan pelan pada puting kiriku, mataku
membuka dan menemukan kepala Syaiful sudah
menempel di sana sedang mengenyot
payudaraku. Rois berdiri di sebelah kananku
sambil meremas payudaraku yang satunya.
“Ci, toked lu gede banget sih, ukuran BH-nya
berapa nih?” tanyanya.
“Eenngghh.. Gua 34B.. Mmhh!” jawabku sambil
mendesah.
“Udah ada pacar lo Ci?” tanyanya lagi.
Aku hanya menggeleng dengan badan makin
menggeliat karena saat itu lidah Adi dengan liar
menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini ditambah
lagi dengan Rois yang menyapukan lidahnya
yang tebal ke leher jenjangku dan mengelusi
pantatku. Sebelum sempat mencapai klimaks, Adi
berhenti menjilat vaginaku. Dia mulai berdiri dan
menyuruh kedua temannya menyingkir dulu.
“Minggir dulu jek.. Gua mo nyoblos nih! Walah..
Nih toked jadi bau jigong lu gini Ful!” omelnya
pada Syaiful yang hanya ditanggapi dengan
seringainya yang mirip kuda nyengir.
Paha kiriku diangkat hingga pinggang, lalu dia
menempelkan kepala penisnya pada bibir
vaginaku dan mendorongnya masuk perlahan-
lahan.

* * * * *

“Ooh.. Di.. Aahh.. Ahh!” desahku dengan
memeluk erat tubuhnya saat dia melakukan
penetrasi.
“Aakkhh.. Yahud banget memek lu Ci.. Seret-seret
basah!”
Kemudian Adi mulai memompa tubuhku,
rasanya sungguh sulit dilukiskan. Penis kokoh itu
menyodok-nyodokku dengan brutal sampai
tubuhku terlonjak-lonjak, keringat yang
bercucuran di tubuhku membasahi dinding lift di
belakangku. Eranganku kadang teredam oleh
lumatan bibirnya terhadapku. Senjatanya keluar-
masuk berkali-kali hingga membuat mataku
merem-melek merasakan sodokan yang nikmat
itu. Aku pun ikut maju mundur merespons
serangannya. Saat itu kedua temannya hanya
menonton sambil memegangi senjata masing-
masing, mereka juga menyoraki Adi yang
sedang menggenjotku seolah memberi
semangat.

* * * * *

Sementara dia berpacu di antara kedua pahaku,
aku mulai merasakan klimaks yang akan kembali
menerpa. Tubuhku bergetar hebat, pelukanku
terhadapnya juga semakin erat. Akhirnya
keluarlah desahan panjang dari mulutku
bersamaan dengan melelehnya cairan
kewanitaanku lebih banyak daripada sebelumnya.
Namun dia masih bersemangat menggenjotku,
bahkan bertambah kencang dan bertenaga,
nafasnya yang menderu-deru menerpa wajahku.
“Uuhh.. Uuh.. Ci.. Yeeahh.. Hampir!” geramnya di
dekat wajahku.
Tubuhnya berkelojotan diiringi desahan panjang,
kemudian ditariknya penisnya lepas dari vaginaku
dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia pun
lalu ambruk ke depanku sambil memagut bibirku
mesra. Karena Adi melepaskan pegangannya
terhadapku, pelan-pelan tubuhku merosot hingga
terduduk bagai tak bertulang, begitu pun
dengannya yang bersandar di lift dengan nafas
ngos-ngosan. Aku meminta Syaiful
mengambilkan tissue dari tasku, aku lalu
menyeka keringat di keningku juga ceceran
sperma pada perutku sambil menjilat jari-jariku
untuk mendapatkan ceceran sperma itu. Hingga
kini pakaian yang masih tersisa di tubuhku cuma
sepatu dan kaos yang telah tergulung ke atas.

* * * * *

Tenggang waktu ke babak berikutnya kurang dari
lima menit, Rois setelah meminta ijin dahulu,
memegangi kedua pergelangan kakiku dan
membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang
merah merekah di tengah bulu-bulu hitam itu,
kedua temannya juga ikut memandangi daerah
itu.
“Ayo dong.. Pada liatin apa sih, malu ah!” kataku
dengan memalingkan muka karena merasa risi
dipelototi bagian ituku, namun sesungguhnya aku
malah menikmati menjadi objek seks mereka.
“Hehehe.. Malu apa mau nih!” ujar Syaiful yang
berjongkok di sebelahku sambil mencubit
putingku.
“Lu udah gak virgin sejak kapan Ci? Kok
memeknya masih OK?” tanya Rois sambil
menatap liang itu lebih dekat.
“Enam belas, waktu SMA dulu” jawabku.
Kami ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda
gurau hingga akhirnya aku meminta lagi karena
gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh
tangan-tangan mereka yang selalu merangsang
titik-titik sensitifku. Rois menarikku sedikit ke
depan mendekatkan penisnya pada vaginaku lalu
mengarahkan benda itu pada sasarannya. Uuh..

* * * * *

Vaginaku benar-benar terasa sesak dan penuh
dijejali oleh penisnya yang perkasa itu. Cairan
vaginaku melicinkan jalan masuk baginya.
“Aa.. aadduhh, pelan-pelan dong!” aku mendesah
lirih sewaktu Rois mendorong agak kasar. Sambil
menggeram-geram, dia memasukkan penisnya
sedikit demi sedikit hingga terbenam seluruhnya
dalam vaginaku.
“Eengghh.. Ketat abis, memek Cina emang sipp!”
ceracaunya.
Dia menggenjot tubuhku dengan liar, semakin
tinggi tempo permainannya, semakin aku
dibuatnya kesetanan. Sementara Syaiful sedang
asyik bertukar ludah denganku, lidahku saling jilat
dengan lidahnya yang ditindik, tanganku
menggenggam penisnya dan mengocoknya.
Sebuah tangan meraih payudaraku dan
meremasnya lembut, ternyata si Adi yang
berlutut di sebelahku.

* * * * *

“Bersihin dong Ci, masih ada sisa tadi!” pintanya
dengan menyodorkan penisnya ke mulutku saat
mulut Syaiful berpindah ke leherku.
Serta merta kuraih penis itu, hhmm, masih
lengket-lengket bekas persenggamaan barusan,
kupakai lidahku menyapu batangnya, setelah
beberapa jilatan baru kumasukkan ke mulut, aku
dapat melihat ekspresi kenikmatan pada
wajahnya akibat teknik oralku.
Tak lama kemudian, Syaiful berkelojotan dan
bergumam tak jelas, sepertinya dia akan klimaks.
Melihat reaksinya kupercepat kocokanku hingga
akhirnya cret.. cret.. Spermanya berhamburan
mendarat di sekitar dada dan perutku, tanganku
juga jadi belepotan cairan seperti susu kental itu.
Saat itu aku masih menikmati sodokan Rois
sambil mengulum penis Adi.
Kemudian Adi mengajak berganti posisi, aku
dimintanya berposisi doggy, Rois dari belakang
kembali menusuk vaginaku dan dari depanku Adi
menjejalkan penisnya ke mulutku. Kulumanku
membuat Adi berkelojotan sambil meremas-
remas rambutku sampai ikat rambutku terlepas
dan terurailah rambutku yang sebahu itu. Penis
itu bergerak keluar-masuk semakin cepat karena
vaginaku juga sudah basah sekali.

* * * * *

Tidak sampai sepuluh menit kemudian
muncratlah sperma Adi memenuhi mulutku,
karena saat itu genjotan Rois bertambah ganas,
hisapanku sedikit buyar sehingga cairan itu
tumpah sebagian meleleh di pinggir bibirku.
Setelah Adi melepas penisnya, aku bisa lebih
fokus melayani Rois, aku ikut menggoyang
pinggulku sehingga sodokannya lebih dalam.
Bunyi ‘plok-plok-plok’ terdengar dari hentakan
selangkangan Rois dengan pantatku. Mulutku
terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat,
sampai beberapa menit kemudian tubuhku
mengejang hebat yang menandakan orgasmeku.
Kepalaku menengadah dan mataku membeliak-
beliak, sungguh fantastis kenikmatan yang
diberikan olehnya. Kontraksi otot-otot
kemaluanku sewaktu orgasme membuatnya
merasa nikmat juga karena otot-otot itu semakin
menghimpit penisnya, hal ini menyebabkan
goyangannya semakin liar dan mempercepat
orgasmenya. Dia mendengus-dengus
berkelojotan lalu tangannya menarik rambutku
sambil mencabut penisnya.

* * * * *

“Aduh-duh, sakit.. Mau ngapain sih?” rintihku.
Dia tarik rambutku hingga aku berlutut dan
disuruhnya aku membuka mulut. Di depan
wajahku dia kocok penisnya yang langsung
menyemburkan lahar putih. Semprotan itu
membasahi wajahku sekaligus memenuhi
mulutku.
“Gila, banyak amat sih, sampai basah gini gua!”
kataku sambil menjilati penisnya melakukan
cleaning service.
Setelah menuntaskan hasrat, Rois melepaskanku
dan mundur terhuyung-huyung sampai
bersandar di pintu lift dimana tubuhnya merosot
turun hingga terduduk lemas. Dengan sisa-sisa
tenaga aku menyeret tubuhku ke tembok lift agar
bisa duduk bersandar. Suasana di dalam lift jadi
panas dan pengap setelah terjadi pergulatan seru
barusan. Aku mengatur kembali nafasku yang
putus-putus sambil menjilati sperma yang masih
belepotan di sekitar mulut, aku bisa merasakan
lendir hangat yang masih mengalir di
selangkanganku.

* * * * *


Adi sudah memakai kembali celananya tapi masih
terduduk lemas, dia mengeluarkan sebotol aqua
dari tas lusuhnya, Syaiful sedang berjongkok
sambil menghisap rokok, dia belum memakai
celananya sehingga batang kemaluannya yang
mulai layu itu dapat terlihat olehku, Rois masih
ngos-ngosan dan meminta Adi membagi
minumannya. Setelah minum beberapa teguk,
Rois menawarkan botol itu padaku yang juga
langsung kuraih dan kuminum. Kuteteskan
beberapa tetes air pada tissue untuk melap
wajahku yang belepotan.
Kami ngobrol-ngobrol ringan dan bertukar
nomor HP sambil memulihkan tenaga. Aku mulai
memunguti pakaianku yang tercecer. Setelah
berpakaian lengkap dan mengucir kembali
rambutku, kami bersiap-siap pulang. Adi
menekan tombol lift dan lift kembali meluncur ke
bawah. Lantai dasar sudah sepi dan gelap, jam
sudah hampir menunjukkan pukul tujuh. Lega
rasanya bisa menghirup udara segar lagi setelah
keluar gedung ini, kami pun berpisah di depan
gedung sipil, mereka keluar lewat gerbang
samping dan aku ke tempat parkir.
Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum-
senyum sendiri sambil mendengar alunan musik
dari CD-player di mobilku, masih terngiang-
ngiang di kepalaku kegilaan yang baru saja terjadi
di lift kampus

Adult | GO HOME | Exit
1/2334
U-ON

inc Powered by Xtgem.com